my_ideadreamhopestrength
this blog is about me. all about me. how i think about the world, about my dream, about my idea, about my hope and of course about my strength. everythin that excite me to write. :)
Kamis, 07 April 2016
"Devastated, honestly speaking.."
Sepenggal percakapan saya dengan Soyoun via TC tadi siang.
Saya menangis, saya lelah, saya kehilangan harapan. Dua tahun lamanya saya coba bertahan dan berusaha belajar sebanyak-banyaknya. Sabar menantikan adanya kesempatan, berdoa dan selalu berharap.
Saya tolak tawaran menggiurkan yang pernah datang dengan pertimbangan yang saya kira baik. Percaya dengan doa dan harapan Tuhan menyertai pilihan saya. Dan sepertinya saya keliru. Pilihan ini melelahkan saya. Energi, pikiran dan terutama mental saya terkuras habis. Tidak ada lagi kepercayaan diri apakah saya cukup baik dan berpengalaman, dan usia terus bertambah.
Huft.
Sejak mengawali hari di awal minggu ini, semesta seakan berkonspirasi untuk menghantam saya. Atau justru saya yang tidak bisa mengendalikan diri untuk memberi respon baik?
Harapan saya hanya ada pada Tuhan.
Kendali perjalanan hidup saya pun ada dalam genggaman Tuhan.
Apa boleh, apa layak, apa bisa kah saya meminta Tuhan untuk melepaskan kuk yang saya tanggung?
Apa boleh saya memohon kebijaksanaan dari Tuhan untuk membedakan kapan terus berharap dan kapan untuk berhenti?
Ya Tuhan, berbicaralah, anakMu memohon penghiburanMu.
Regards,
Nat
Sabtu, 12 Maret 2016
Halaman yang Baru
Jumat, 01 Januari 2016
Nakhkodaku
Angin taufan hembus, menderu-deru, bertalu-talu, memukul bahteraku.. Aduh.. Aduh..
Huuuu.. Bahtera hidupku...
Aaaaa.. Samudera lepas..
Patahlah kemudi, putuslah harapanku, terhempas di karang yang tegar.
Tinggal puing-puing, hancur berserakan, sebentar lagi ku kan tenggelam.
Tiada lagi suar yang menerangiku.
Tiada lagi teman yang mau menolongku.
Oh Tuhan Nakhkodaku, kawan yang setia.
Arahkanlah jalan hidupku.
Sekeping salibMu jadi penolongku.
Yang membawaku menuju ke seberang.
Hanya Engkau lah saja, Nakhkoda benar, yang memimpin Bahtera hidupku.
Yesuslah juga penolongku, selalu kudamba-dambakan.
Yesuslah juga Nakhkodaku, selalu kuharap-harapkan.
Hanya Engkau saja, Nakhkoda penolongku yang benar, yang memimpin Bahtera hidupku.
Yesuslah penolong melihat Bahteraku, yang telah karam pecah berkeping.
Dengan tangan kasih, dikumpul kembali, jadi Bahtera yang utuh lagi.
Kini ku tak gentar, walau taufan kencang, sebab Tuhan jadi Nakhkodaku.
Yang memimpin Bahtera hidupku..
**
Lirik lagu di atas adalah lagu buatan guru paduan suara Glorify, biasa saya panggil Papa Daud. Lagu ini salah satu lagu favorit saya, dengan lirik yang dalam dan nada yang padu. Indah sekali saat dinyanyikan dalam Paduan Suara. Terlebih Papa Daud selalu menyampaikan sejarah di balik lagu ini terlebih dahulu, sebelum kami menyanyikannya.
Lagu ini adalah tentang kapal Tampomas yang tenggelam, dan ditemukan 1 keluarga kristen yang selamat dari peristiwa tersebut. Terinspirasi oleh kisah keluarga yang selamat, kemudian Papa Daud membuat lagu Nakhkodaku.
Dan hebatnya, meski pun Papa Daud tidak ada secara langsung dalam peristiwa tenggelamnya kapal itu, tetapi beliau bisa dengan cantik sekaligus menguatkan dalam penulisan liriknya. Seakan-akan kita bisa merasakan kuat dan kasih tangan Tuhan dalam menuntun kapal tenggelam tersebut.
***
Mengawali tahun 2016 ini, saya bersyukur diingatkan Tuhan lewat lagu ini. Ntah bagaimana tiba-tiba saya dan keluarga di mobil menyanyikan lagu Nakhkodaku lengkap dari awal sampai akhir dengan berbagi suara. Sambil menyanyikan lagu tersebut, saya ikut menghayati liriknya yang dalam.
Tuhan adalah nakhkoda bahtera hidup saya. Bahkan kapal yang hancur tinggal puing pun, bisa dikumpulkan kembali oleh tanganNya.
Saya harus kuat. Menjadi perempuan tangguh. Tidak boleh lagi gentar menghantui saya.
****
Selamat datang tahun 2016. :)
Regards,
Nat
Jumat, 11 Desember 2015
Yang Terakhir?
Semoga ini adalah curhatan terakhir saya tentang patah hati dan menangis menyesal dan menyalahkan diri. Amin.
Setelah sekian lama akhirnya saya beres-beres kamar. Membersihkan bagian-bagian yang berdebu, merapihkan barang-barang yang berserak, membuka-buka memori dan kenangan dari barang-barang lama. Saya juga sudah mulai mengepak barang pemberian yang terlalu lama saya jaga dengan harapan si pemberi akan datang lagi. Sampai harapan itu rasanya akan sirna, akhinya saya kumpulkan semua barang-barang itu, pinjaman atau pun pemberian, saya masukkan dalam kotak, kemudian kotak itu saya simpan di sudut lemari pakaian paling dalam. Dengan harapan kalau tidak saya lihat, memori itu tidak akan terlalu sering datang dan bikin saya sedih.
Saya benar-benar takut. Saya takut masa depan saya. Saya takut gak bakal ketemu lagi orang kaya dia. Sampai sekarang terkadang saya masih menyesali diri dan menyalahkan diri saya sendiri. Terpuruk dalam masa lalu kalau saya yang salah. Ternyata mengampuni diri sendiri butuh proses yang panjang dan sulit.
Saya memang belum dewasa. Saya masih sangat keras kepala. Senang sekali saya mendebat dan penting sekali untuk memenangkan argumen. Seiring bertambahnya usia, rasanya keinginan untuk menang itu dijaga hanya untuk hal-hal yang prinsip saja. Sayang kalau energi saya sia-sia untuk sesuatu yang kurang penting. Apa daya kedewasaan itu datangnya baru akhir-akhir ini, waktu orangnya udah pergi.
Saya tahu kalau Tuhan memperbolehkan saya untuk mengalami sesuatu yg gak enak itu pasti untuk mendidik saya. Mempersiapkan saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi rasanya sulit. Sambil membaca-baca buku harian lama saya, membuka-buka barang lama yg penuh dengan kenangan, air mata saya lagi-lagi bergulir. Sambil memohon ke Tuhan dalam doa saya, "tolong saya..".
Pertama kali saya dihadapkan pada sesuatu yang gak bisa saya kontrol. Sesuatu yang saya gak bisa menang dalam pertandingan dengan orang-orang lain. Sifat kompetitif saya dihancurkan. Diinjak-injak rasanya ego saya saat denger orang-orang mengumumkan pernikahannya, membawa pasangannya, dan bertanya ke saya, "kamu kapan? Ayo doong Rii!".
Penyesalan ini terus menghantui pikiran saya. Gak damai rasanya. Seperti ada awan hitam menyelubungi saya. Semesta seakan berkonspirasi.
Saya gak kuat. Ampuni saya ya Tuhan. Ampuni saya..
Saya sedang belajar untuk ikhlas kalau memang bukan jodoh, belajar untuk memaafkan diri sendiri kalau ya saya pernah melakukan kesalahan dan saya mau berubah, belajar untuk bilang, "Makasih Tuhan. Tuhan yang kasih, Tuhan yang ambil, terpujilah nama Tuhan".
Semua yang terjadi itu sudah Tuhan rancangkan. Helai rambut saya yang jatuh pun sudah bagian dari rancanganNya.
-Nat-
Minggu, 18 Oktober 2015
Night Jog
Tadi aku jogging. Yes, joggingnya malem. Dan ini sudah kali kedua sebenarnya.
Aku suka olahraga, tapi susah bangun pagi. Itu sebabnya kebiasaan jogging terkesampingkan selama berbulan-bulan karena bangun yang gak bisa pagi.
Jalan keluar? Tentu ada. Malem! He.
Ternyata yang jogging malem lumayan banyak. Meskipun lapangan gelap klo ga ada yang sewa buat futsal, tapi lampu-lampu gedung tinggi lumayan terang dan cukup ko track-nya masih bisa keliatan.
Oke. Jogging malam akan jadi salah satu kegiatan produktif pengisi waktu dan penghalau galau aku selanjutnya. Badan sehat, otak segar, hati senang.
See u at the jogging track!
Cheers,
Nat
Selasa, 04 Agustus 2015
Cadangan emosi
Hari ini rasanya ingin mengeluh, mengeluh dan mengeluh. Capek hati, pikiran dan fisik. Aktivitasku rasanya tidak terarah dan berantakan. Kaya roti, remahannya bertebaran dimana-mana.
Heugh.
Lagi-lagi tentang bos yang tidak mau memperjuangkan anak buah, berbuah insecurity dengan posisi di kantor, dan bikin hari jadi gak produktif. Kemudian orang2 di sekitar jadi korban kekesalan.
Laptop yang seharusnya diganti dengan yang baru, tapi kondisi fisiknya seperti bekas. Kesal lainnya.
Perjalanan dinas yang di-reject karen ketidaktahuan proses. Tambahan kekesalan hari ini.
Aku hanya punya energi untuk marah itu sekian. Mestinya aku hemat untuk hal-hal penting saja. Harus berlatih.. Harus..
Tidur saja lah.. Sepertinya pilihan lebih baik.
Terima kasih Tuhan.
Nat
Jumat, 19 Juni 2015
Bapak
Sudah 3 minggu soalnya saya gak ketemu dengan bapak. Dapat saya rasakan betapa bapak sudah semakin tua dan kurus. Yah, mungkin ada kaitan dengan penyakitnya juga. Tapi saya bersyukur bapak masih bisa berjalan-jalan, dan bertemu dengan kami anak dan cucunya yang di Jakarta.
Puji Tuhan. ☺️
Tapi saya agak sedih, karena tiba-tiba bapak memutuskan untuk pulang ke Bandung malam ini juga. Padahal rencana awalnya bapak akan pulang besok sore. Sepertinya bapak merasa hanya akan merepotkan dan memperlambat rencana jalan-jalan kami besok ke pantai ancol.
Itulah bapak saya. Bapak terbaik yang pernah saya punya. Jalan Tuhan memang luar biasa dalam hidup saya makanya saya bisa dibesarkan oleh bapak sebaik ini.
Dalam doa saya, tuturan permintaan saya yang utama adalah kiranya bapak saya yang sangat baik ini selalu dikasih Tuhan bahagia.
Sehat-sehat ya pak!
- dan sudah saya terima kedua gifts tersebut sedari saya kecil sampai sekarang. Terima kasih bapak! -
Regards,
Nat